Media sosial umpama
Bencana besar yang tak henti
Mengobrak-abrik dinginnya kening
Mereka mengenakan baju berwarna hijau dan ungu
Tuk sembunyi di balik genggaman hangatnya besi
Kerap kali mereka datang, meniup rindu di pukul 5 sore
Membuat senja jadi kota kebakaran hebat
Ia hanya butuh setetes air untuk padamkan api
Hingga ku tulis satu atau dua sajak ini
Ku harap jadi obat penenang, "untuk rindu"
Aku menelusuri beranda mereka
Hanya ada orang asing lalu lalang
Di sudut sini, banyak orang memakai topeng
Pandai bersandiwara dalam teater dengan judul
"Seolah-olah berlian kepunyaan semesta"
Di sudut sana, banyak orang menggelar pameran
Dari barang mewah hingga harga diri ada di sana
Aku melihat jendela telah kehilangan cahaya
Bayangan-bayangan menyelimutiku
Seketika aku tenang, melawan sakit, yang namanya "rindu"
Angin membuka buku tua, kuno
Gusar menepuk sukma, katanya : perhatikan buku itu !
Di sana banyak cara, menusuk boneka voddo
Lembaran kata yang ia layangkan ialah, tusuk demi tusuk
Menggelisahkan dan haru rasanya
Ku ambil obat lagi dan segelas air
Dan ku biarkan ia melahap rindu
25 November 2017
0 komentar:
Posting Komentar