Kumpulan Karya Seni Nyentrik dan Orisinal Melalui Mahasiswa FK

Kumpulan Karya Seni Nyentrik dan Orisinal Melalui Mahasiswa FK

Rabu, 01 Maret 2017

Ditempa Oleh Mimpi (Demensia)




Secangkir air putih hangat menemani diri yang berbalut sepi di salah satu sudut Kota Daeng, menemani seseorang yang tengah merenungkan perjalanan hidupnya sambil melihat ke dalam handphone yang ia miliki. Di dalam handphone hanya penuh dengan lalu lalang berbagai notifikasi-notifikasi dari media sosial. Tertunduk ketika melihat notifkasi itu begitu banyak teman seperjuangan yang ia miliki ketika bersama-sama duduk di bangku SMA telah memiliki landasan pacu mereka masing-masing untuk menerbangkan mimpi-mimpinya setinggi-tingginya atau bisa dikatakan mereka sudah mulai mendirikan pondasi bagi mimpi mereka dengan menggunakan berbagai bahan baku mereka yang telah dimiliki selama menempuh pendidikan di bangku TK-SMA, di satu sisi “dulu kita berseragam kebanggaan memakai almamater biru lengkap dengan dasi merah putih kini telah banyak dari mereka mengalami transformasi mengenakan almamater kuning, almamater hijau, alamamater merah, dan masih banyak lagi. Orang itu kembali menikmati air putih hangatnya sambil terpikir didalam benaknya “ (1) Mengapa kini mimpi-mimpiku harus terhenti sesaat dalam periode setahun ini ? dan (2) Mengapa mereka dapat melakukannya sedangkan aku tidak ?”. Orang itu berdiri menatap keluar langit yang sedang tersenyum tak ingin terus berada dalam lautan sepi akibat kegagalannya dalam meraih mimpi, tetapi segera bangkit dan percaya bahwa kegagalan merupakan awal dari sebuah kesuksesan dalam meraih mimpi.

Begitulah mimpi merasuki diri seseorang dalam keputusasaannya namun sebelum mengalihkan pandangan mata lebih jauh ke dalam sudut pandang ini, apa salahnya jika kita menilik makna dari kata “mimpi” . Penulis kali ini mengambil dari satu referensi saja yaitu, Kamus Besar Bahasa Indonesia, mimpi adalah (1) sesuatu yang terlihat atau dialami dalam tidur; (2) ki angan-angan. Mimpi dalam arti ini memiliki konotasi yang berbeda dengan apa yang akan penulis bahas kali ini.

 Penulis meyakini sebuah kalimat yang pernah penulis baca sebelumnya yang mengatakan : ”Kesalahan terbesar dari hidup ini adalah ketika engkau berhenti bermimpi”, kurang lebih penggalan kalimat dari sebuah buku yang pernah penulis baca. Bermimpi adalah cara kita bisa melihat sesuatu yang belum dapat kita lihat secara kasat mata sekarang namun jauh ke depannya apa yang kita lihat tersebut dapat terealisasikan dengan berbagai usaha-usaha yang kita rintis dan bangun sebelumnya. Bermimpi itu jangan sekadar “aku ingin jadi orang sukses, aku ingin membahagiakan kedua orangtuaku, atau aku ingin menjadi seorang dokter” itu merupakan suatu landasan pemikiran membangun mimpi yang terlalu abstrak namun bukan berarti penulis menganggap hal itu adalah salah sebab itu merupakan sudut pandang yang subjektif bukan objektif. Dalam bermimpi yang perlu dilakukan adalah membangun mimpi itu secara mendetail dan spesifik beserta step by step yang akan diambil dalam mencapai mimpi tersebut. Contohnya seorang siswa yang duduk di kelas 3 SMA “ aku ingin menjadi seorang insinyur (S1) dalam bidang teknik sipil di usiaku 21 tahun dengan predikat cum laude di salah satu perguruan tinggi ternama di Bandung, oleh karena itu aku harus menetapkan metode yang akan dilakukan dalam beberapa bulan atau tahun ke depan melalui cara (1) mengikuti berbagai bimbingan belajar yang harus diikuti minimal 3 bimbel untuk masuk ke perguruan tinggi tersebut (2) sepulang kuliah aku harus belajar dengan alokasi waktu tersedia 5 jam dengan 2 jam ini aku harus belajar mata kuliah A, 2 jam berikutnya aku belajar mata kuliah B kemudian 1 jam tersisa aku memakainya dengan mengistirahatkan badan dan pikiran hal ini bertujuan untuk sukses dalam setiap ujian semester/midsemster yang aku jalani (3) dst”. Mimpi itu boleh saja besar seperti yang telah penulis utarakan di atas , tetapi yang terpenting dari itu bagaimana membangun konsep mimpi yang dimiliki dengan bermimpilah yang besar tapi mulailah dari yang kecil seperti selalu perumpamaan yang penulis pikirkan mimpi itu seperti rangkaian kepingan puzzle yang terpisah satu sama lain yang ingin satu per satu dirangkai dan direkatkan satu sama lainnya agar terciptalah yang dinamakan mimpi serta satu hal yang perlu ditanam dalam pikiran pembaca di mana awalnya itu tak penting; terpenting itu adalah dimana kita berada pada akhirnya.

Mimpi itu sesuatu yang tercipta dari alam pikiran seorang manusia namun terkadang pikiran itu dapat menyentuh ke alam bawah sadar seorang manusia sehingga terkadang kepingan mimpi itu dapat terimplementasi oleh sikap dan perilaku yang dapat dilihat oleh orang-orang disekeliling kita. Terkadang juga tanpa kita sadari ketika sedang merenung atau mengkhayalkan sesuatu kita mendapatkan sebuah buah pemikiran, disitulah kepingan mimpi itu hadir dan harus kita tangkap, serap, selanjutnya  kemudian aplikasikan. Menurut penulis mimpi itu seperti suatu transportasi perlu bahan bakar untuk sampai ke tujuan yang kita ingini, oleh karena itu agar mimpi itu terus menyala dan hidup, mimpi memerlukan bahan bakar untuk menggerakan suatu mimpi adalah keyakinan, semangat, kerja keras, dan konsisten. Empat komponen ini tidak bisa saling dipisahkan seperti ada ikatan antar mereka yang saling tarik menarik untuk menggerakan mimpi. Keyakinan ini diperlukan karena dengan keyakinan, mimpi yang telah ada itu tetap ada dan tetap hidup meskipun ketiga kompenen diatas tidak ada atau hilang (this is essential for dream); Semangat diperlukan karena dengan keyakinan saja tidak cukup untuk mimpi tetap hidup dan ada seperti halnya suatu api nah semangat inilah yang menjadi minyak tanah yang membuat agar mimpi itu terus menyala bahkan hingga nyala api (dalam hal ini mimpi) itu begitu besar yang sanggup membakar jiwa para sang pemimpi untuk meraih mimpi, Kerja Keras ini diperlukan karena inilah komponen roda-roda yang bekerja menggerakan mesin "mimpi" agar tetap menyala dan tetap hidup, dan Konsisten suatu hal terakhir yang sering disepelekan namun memiliki dampak yang begitu besar  karena dengan ini mimpi tetap berada pada jalurnya tidak condong ke kiri ataupun condong ke kanan tetap di tengah namun perlu diingat, terkadang kita sudah mendesain dan merencanakan mimpi begitu mendetail dan spesifik tapi ternyata di lapangan banyak yang telah kita rencanakan tidak terealisasikan secara sempurna. Sebagai seseorang yang meyakini adanya Sang Pencipta yang menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya mimpi yang kita buat tak luput oleh adanya campur tangan-Nya. Oleh karena itu, penulis terkadang membuat simpulan sebagai factor God’s plan sebab percaya atau tidak dengan turut campur tangan Dia, mimpi yang kita rencanakan semakin luar biasa meskipun dengan situasi dan kondisi yang dipandang dari kacamata orang yang melihatnya itu adalah sebuah kegagalan tapi itulah factor God’s plan karena apa yang dari Dia itu pasti terbaik tapi apa yang dari manusia belum tentu yang terbaik. Untuk menutup sudut pandang penulis kali ini, mungkin sobat, teman atau rekan sedang mengalami suatu kegagalan atau mimpi yang tertunda, penulis berpikir terkadang untuk mencapi suatu mimpi besar kita perlu mundur beberapa langkah untuk melompat menggapainya serta yang terpenting dari itu desainlah sedemikian rupa mimpi Anda dan bawa mimpi Anda ke dalam rencana-Nya.


“Mimpi bukan berbicara tentang seberapa tinggi atau seberapa besarnya, melainkan tentang seberapa besar keinginin untuk meraihnya”

Dopang Andrianto

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Jam

Kalender