Kanker
Tiroid
Kanker
tiroid adalah pertumbuhan abnormal dari sel-sel kelenjar tiroid (dalam hal ini
sel-sel folikel kelenjar tiroid) yang ditandai oleh perubahan structural atau
fungsional pada sebagian atau seluruh kelenjar tiroid. Kanker ini merupakan
salah satu tumor yang paling sering menyebabkan masalah pada gangguan sistem
endokrin (dalam sehari-hari kita mengenalnya dengan sistem hormonal). Untuk di
Indonesia saja kanker tiroid menempati posisi ke 9 sebagai masalah tumor ganas
yang sering ditemukan kejadiannya dengan angka kematian kurang lebih 9%. Angka
kekerapan keganasan pada kanker tiroid berkisar 5-10%. Menurut Gharub H, bila dilihat dari tipe-tipe
jenis karsinomanya, kurang lebih 90% jenis karsinoma papilare dan folikulare,
5-9% jenis karsinoma medulare, 1-2% jenis karsinoma anaplastic, 1-3% jenis
lainnya. Anak-anak usia dibawah 20 tahun dengan hasil pemeriksaan nodul
tiroidnya didapatkan nodul tiroid dingin mempunyai risiko keganasan 2 kali
lebih bear dibandingkan kelompok dewasa. Kelompok usia diatas 60 tahun
mempunyai prevalensi keganasan yang lebih tinggi, juga mempunyai tingkat
agresitivitas penyakit yang lebih berat yang terlihat dari seringnya kejadian
jenis karsinoma tiorid tidak berdiferensiasi. Berdasarkn dari data Rumah Sakit Kanker Dharmais, prevalensi
kanker tiroid (tanpa memperhitungkan jenis kanker tiroid yang ada) dari tahun
ke tahun semakin menajak, dimulai pada tahun 2010 sebanyak 85 kasus, 2011
sebanyak sebanyak 99 kasus, 2012
sebanyak 117 kasus, dan di tahu 2013 sebanyak 147 kasus. Untuk data epidemiologi
di Indonesia mengenai kanker tiroid saat secara akurat mengenai penyebaran angka
kejadian kanker tiroid yang dikenal memiliki tipologi geografis dan konsumsi
iodium yang bervariasi. Gejala utama dari kanker tiroid adalah munculnya
benjolan atau pembengkakan pada bagian depan dari leher, lebih tepatnya di
bawah jakun, dan biasanya tidak terasa sakit. Tapi pada tahapan awal, kanker
tiroid jarang menimbulkan gejala dan cenderung tidak ada gejala sama sekali. Sedangkan gejala lain
dari kanker tiroid biasanya muncul setelah kanker memasuki stadium lanjutan,
seperti :
- Sakit tenggorokan.
- Kesulitan dalam menelan
(apabila ada benjolan, benjolannya ikut bergerak pada saat menelan).
- Perubahan suara atau menjadi
serak dan tidak membaik setelah beberapa minggu.
- Rasa sakit pada bagian leher.
- Pembengkakan kelenjar getah
bening di bagian leher.
Untuk mendiagnosis
terjadinya kanker tiroid, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik sebagai
metode yang paling sederhana sebelum melakukan pemeriksaan penunjang. Hasil
pemeriksaan fisik yang mengeraha keganasan adalah sebagai berikut : konsistensi
benjolan keras dan sukar untuk digerakkan (perlu dingat bahwa tumor jinak yang
sudah mengalami degenrasi kistik dapat menjadi lunak), infiltrasi ke jaringan
disekitarnya, benjolan yang hanya satu tetapi besar dileher 20% mengarah ke
kaganasan, benjolan yang muncul tiba-tiba atau cepat membesar perlu dicurgai
mengarah keganasan (terlebih lagi sewaktu diterapi dengan levotiroksin),
benjolan yang diserati pembesaran kelenjar getah bening regional, serta pada
anmnesi didapatkan ada riwayat kelurga yang pernah mengalami kanker tiroid
(terutama kanker tiroid jenis medulare). Untuk pemeriksaan penunjang yang
paling pertama adalah biopsi aspirasi jarum halus (sebagai gold standar
pemeriksaan penunjang kanker tiroid). Menurut Gharid dkk, biopsi aspirasi jarum halus mempunyai sensitivitas 83%
dan sfesifitas 92%. Jenis kanker tiroid yang dapat segera ditentukan ialah
karsinoma papilare,medulare, dan anaplastik sedangkan untuk jenis karsinoma
folikulare harus dilakukan pemeriksaan histopatologi yang dapat mempelihatkan
adanya invasi kapsul tumor atau invasi vaskuler (ciri khas dari kanker tiroid
jenis ini). Selanjutnya itu pemeriksaan USG, pemeriksaan ini bertujuan untuk
memberika informasi mengenai ukuran, volume kelenjar tiorid serta dapat
membedakan apakah benjolan pada pasien ini bersifat kistik, padat atau campuran
keduanya. USG juga digunakan sebagai penuntun biopsi aspirasi jarum halus.
Gambaran ultrasonogram utama apabila dicurigai menderita kanker tiroid adalah
ditemukan nodul yang hipoechogenik, mikrokalsifikasi, batas irregular,
peningkatan aliran vaskuler, serta ditemukan adanya invasi atau limfadenopati
regional. Selanjutnya ada pemeriksaan sidik tiroid menggunak bahan radioaktif
seperti I-131, Tc-99m pertechnetate,
TI-201, dll. Hasil pemeriksaan sidik tiroid apabila dicuragai keganasan
apabila distibusi radioaktif kurang/tidak menangkap radioaktivitas pada suatu
area nodul/benjolan (dikenal dengan istilah nodul dingin/cold nodul). Umumnya ketiga pemeriksaan penunjang ini sudah cukup
untuk mendiagnosis kanker tiroid, tetapi apabila diperlukan pencitraan yang
lebih sfesifik secara anatomis dilakukan CT-Scan atau MRI. Kelenjar
tiroid memiliki posisi anatomi pada
tubuh manusia dibagian leher depan, dengan patokan apabila pada pria
kurang lebih 3 jari ke bawah dari jakun pria. Kelenjar ini karena letaknya yang
sangat dekat atau bisa dikatakan berada dalam jalan penghubung antara kepala
dan dada , tak ayal proses metastase (proses penyebaran sel-sel tumor) bias
mengarah ke organ-organ vital yang berada pada daerah tersebut.
Kanker
tiroid dibagi menjadi ke dalam dua kelompok yaitu well differentiation dan poor differentiation. Well differentiation
merupakan kelompok kanker tiroid yang memilki kriteria dalam penampakan di
mikroskopis lebih mendekati sel tiroid yang normal, pertumbuhan sel tumornya
lambat, dan umunya tidak mudah metastase sedangkan poor differentiation merupakan kelompok kanker tiroid yang memiliki
kriteria kebalikan dari well differentiation
dengan umumnya angka harapan hidup yang kecil. Pada kelompok well differentiation terdiri dari dua
tipe yaitu karsinoma papiler dan karsinoma folikuler sedangkan kelompok poor differentiation teridiri dari dua
tipe yaitu karsinoma medullar dan karsinoma anaplastik.
·
Ciri klinis dari karsinoma papiler
adalah sebagai berikut : sering ditemukan pada usia 30-40 tahuan, sering
terjadi pada wanita, umumnya tidak menimbulkan gejar yang berarti bahkan hingga
menggangu aktivitas, benjolannya apabila dalam perabaan biasa hanya satu atau
banyak pada leher, jarang disertai suara yang serak, nyeri leher, kesukaran
menelan, paling sering metastase terdekata ke kelenjar getah bening sekitar
leher dan terjauhnya adalah metastase ke paru-paru
·
Ciri klini karsinoma folikuler adalah
sebagai berikut : sering dijumpai pada daerah yang mengalami kekurangan makanan
yang beryodium, umumnya benjolan hanya satu, paling sering metastase ke tulang
dan paru-paru.
·
Ciri klinis karsinoma anaplastic adalah
sebagai berikut : tumbuh cepat dari benjola yang sudah lama ada di leher, ada
nyeri tekan, benjolannya apabila diraba terasa keras, biasa disekitar benjolan
ditemukan fenomena “kulit jeruk”, prognosisnya buruk, sering dating dengan
keluhan sesak dileher atau dada, bersifat progresif, menginfiltasi jaringan yang
ada disekitarnya sehingga organ-orang menjadi terdesak.
·
Ciri kilinis karsinoma meddular adalah
sebagai berikut : tumor yang dapat menghasilkan hormon kalsitonin, biasanya
diturunkan ke generasi selanjutnya, menyebabkan penderita mengalam kekurangan
gizi, wajahnya kemerahan, dan diare.
Dalam
melakukan penanganan dan pengolahan kanker tiroid ada tiga pilihan utama yaitu,
operasi, terapi ablasi iodium dengan menggunakan radioaktif, dan terapi supresi
L-Trioksin. Untuk terapi dengan kemoterapi umunya tidak memberikan respon yang
baik dalam penanganan kanker tiroid.
1. Terapi
operasi. Terapi pembedahan yang dilakukan ada 5 metode bergantung pada kasus
dari kanker tiroid itu sendiri seperti adanya invasi ke organ-organ sektir
kelenjar tiroid, seberapa besarnya nodul yang ada,dll. Metodenya ada
isthmolobektomi, tiroidektomi sub total, tiroidektomi near total, tiroidektomi
total, dan tiroidektomi total + diseksi leher radikal. Beberapa pertimbangan dan
keuntungan pilihan prosedur pemebedahan adalah sebagai berikut : focus-fokus
kanker tirid tipe papilare ditemukan di kedua lobus tiroid pada 60-85% pasien,
sesudah operasi unilateral (lobektomi), 5-10% kekambuhan karsinoma tiroid
papilare terjadi pada lobus kontralateral, efektivitas terapi ablasi iodium
radioaktif menjadi lebih tinggi, dan spesifitas pemeriksaan tiroglobulin
sebagai marker kekambuhan menjadi lebih tinggi setelah reseksi tumor dan jaringan
tiroid sebanyak-banyaknya.
2. Terapi
ablasi iodium radioaktif. Terapi ini biasa dilakuan setelah pasien mengalami
prosedur pembedahan. Jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal akan
diberikan ablasi iodium radioaktif 131-I dengan harapan jaringan ganas
yang tersisa dapat mati. Alasan dilakukan terapi ini adalah sebagai berikut :
merusak atau mematikan sisa focus mikro karsinoma, meningkatkan sfesifitas
sintigrafi 131-I untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui
eliminasi uptake oleh sisa jaringan tiroid normal, dan meningkatkan nilai
pemeriksaan tiroglobulin sebagai petanda serum yang dihasilkan hanya oleh sel
tiroid. Terapi ini tidak dianjurkan pada pasien dengan tumor primer soliter
diameter kurang dari 1 cm, kecuali ditemukan adanya invasi ekstratiroid atau
metastasis.
3. Terapi
supresi L-Tiroksin. Mengingat kanker tiroid yang well differentiation merupakan 90% dari seluruh kasus kanker tiroid
mempunyai tingkat pertumbuhan dan perkembangan sel yang lambat maka evaluasi
lanjutan perlu dilakukan selama beberapa dekade sebelum dikatakan sembuh total.
Selama periode ini, diberikan terapi supresi dengan L-Tiroksin dosis
suprafisiologis untuk menekan produksi TSH (hormon yang merangsan produksi dari
sel-sel kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid). Supresi TSH pasca pembedahan
dipertimbangkan mengingat karena adanya reseptor TSH di sel-sel kanker tiroid
yang tersisa sehingga bila tidak ditekan, TSH tersebut akan terung merangsang
pertumbuhan sel-sel kanker tiroid.
0 komentar:
Posting Komentar