Paradigma
Baru Misi Medis
Oleh
: dr. Lineus Hewis, Sp.A
Artikel yang kali ini
penulis publish di blog tercinta karsinomafk ini merupakan salah satu dari
sekian artikel medis favorit penulis yang berasal dan tertuang dari Majalah Medis Kristen Samaritan “Transforming
Christian In Medicine”edisi 1 tahun 2015. Sedekit cerita majalah ini
merupakan majalah yang diterbitkan oleh Pelayanan Medis Nasional Perkantas
(PMdN) dan kebetulan beliau yang menulis artikel ini adalah pemimpin PMdN untuk
periode sekarang. Majalah ini diterbitkan sebagai sarana informasi dan
pembinaan bagi mahasiswa dan tenaga medis Kristen. Ok, sahabat karsinomafk
silahkan saja langsung membaca artikel ini, dan semoga pembaca terberkati.
Tuhan Yesus Memberkati !!!
Gambar
di atas diabadikan saat kunjungan tim misi ke Nepal. Konon, ibu ini harus
berjalan 4 jam pulang pergi mendaki dan menuruni areal pegunungan Nepal dengan
menggendong bayi di punggungnya demi menghadiri sebuah acara pendalaman
Alkitab. Dia dan suaminya baru menjadi orang percaya sekitar setahun yang lalu
dan kenyataan bahwa mereka rela berjalan jauh dan meninggalkan masa menanam di
tempat tinggal mereka, demi belajar Firman Tuhan setiap minggunya walaupun
mereka buta aksara, menunjukkan adanya perubahan besar dalam hidup mereka sejak
mereka bertemu dengan Kristus. Pasangan ini dan beberapa orang Kristen Nepal
lainnya yang mereka temui sesungguhnya dijadikan contoh bagaimana hanya dengan
memiliki hubungan yang erat dengan Yesus, orang dapat mengalami hidup dalam
kelimpahan yang dijanjikan Tuhan Yesus dalam Yohanes 10 : 10,”Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan
mempunyainya dalam segala kelimpahan.” “We
are so happy to meet you, because of you, we are able to live normal life”
adalah kutipan sambutan 3 janda di Uganda kepada team misi yang telah menolong
mereka dan komunitasnya berternak kembali. Suami-suami mereka terbunuh dalam
peristiwa penjarahan besar di desanya, yang juga mencuri semua sapi ternaknya,
yang sesungguhnya harta mereka yang paling berharga.
“Now, because of this project, we are so much
happier. Our husbands have stopped beating us, and now we can now afford to
send our children to scholl. There used to be only a couple of Christian
families in this village, and now there are several Christian families and we
have been able to build a small building to worship God in. We so much happier
than we used to be !”. Ini adalah komunikasi dari hati para wanita dari
sebuah desa miskin dan tertinggal di Kamboja kepada team misi yang telah
bekerja keras di tengah mereka. Ketiga kutipan di atas saya temui dalam tulisan
Steve Bradbury yang sangat inspiratif dalam Luke’s Journal yang membahas
tentang ‘The Heart of Integral Mission’.1
Kesaksian di atas sangat relevan dengan pembahasan di beberapa tulisan lain tentang
paradigma medis sekaligus tantangan misi medis ke depan, yaitu, bagaimana misi
medis hadir dan membawa sebuah perubahan yang transformative dalam sebuah
komunitas.
Menarik,
ketika saya memasukkan kata : “misi medis Kristen di Indonesia” di mesin
pencari dari 2 situs internet terkemuka, saya tidak mendapatkan satupun artikel
yang relevan. Entah karena tidak ada yang menulis atau karena alas an
strategis, pelayanan ini tidak diekspos secara terbuka dalam ranah public.
Namun saya sepenuhnya meyakini ada banyak kontribusi misi medis dalam membawa
Injil di pelosok tanah air kita. Ketika saya berpikir ini hanya terjadi di
Indonesia, ternyata di luar sana literatur tentang misi medis juga sangatlah
sulit ditemui. Valarie Inchley mengutip pernyataan Wilkinson menyatakan bahwa
hal ini terjadi karena misi medis hadir terlambat dalam skema misi dunia
sehingga tidak diikutkan dalam pertimbangan teologi dan kalupun ada, literatur
misi medis kebanyakan hanya bersifat biografi.2
Misi
medis memiliki sejarah yang panjang dan menganggumkan, meski awalnya dianggap
hanya sebagai tambahan terhadap kegiatan misi yang sesungguhnya. Misi medis
hadir di abad ke-19, di akhir dari era misi yang klasik. Selama dua abad
terahkir, pelayanan misi telah menjadi yang pertama dalam membawa pelayanan
medis ke banyak belahan dunia dan menjadikannya bias dinikmati oleh berbagai
kelompok masyarakat. Sejak awala penekanannya adalah mengikuti teladan Tuhan
Yesus dengan menyediakan pelayanan medis kepada masyarakat miskin dan tidak
terlayani. Jutaan orang disembuhkan dari berbagai jenis penyakit. Belas kasihan
Kristus didemonstrasikan, dan sejumlah besar orang dating ke Kerajaan Allah
melalui upaya para misionaris medis. Ribuan perawat dan pekerja kesehatan
lainnya dilatih dalam fasilitas-fasilitas misi medis. Program-program misi
medis seringkali berlaku sebagai teladan bagi pemerintah dan pelayanan medis
lainnya.2,3
Namun
selama paruh kedua dari abad ke-20, banyak perubahan terjadi. Pelayanan
kesehatan berkembang pesat di kebanyakan negara dan pemerintah mendanai dan
memperlengkapi sarana kesehatan dengan lebih baik dibandingkan dengan
kebanyakan pelayanan kesehatan milik misi medis. Pemerintah di berbagai negara
juga telah mendirikan banyak fakultas kedokteran dan pusat-pusat pelatihan
untuk pekerja kesehatan lainnya, dan mulai memberikana hambatan bagi pelayanan
medis dan program pelatihan yang ditawarkan oleh misi. Di sisi politik,
pemerintah dari beberapa negara mulai mengusir semua misionaris medis asing,
memaksa perpindahan institusi medis kebawah kontrol pemerintah. Di sisi lain,
meningkatnya biaya pelayanan medis juga meningkatkan kesulitan misi medis dalam
menjaga pelayanan kesehatan yang berkualitas. Hal ini memberikan impresi yang
kuat, terutama bagi negara-negara Amerika Utara dan Barat bahwa era dari misi
medis sudah selesai.3
Benarkah
demikian ? Sesungguhnya yang sudah seharusnya selesai adalah paradigm lama
tentang misi medis, dimana terjadi pergerakan geografis kedokteran modern
bersamaan dengan Injil dari negara-negara ‘Kristen’ di barat yang sudah maju ke
negara non-Kristen di timur dan selatan yang masih terbelakang dengan
program-programnya sangat bersifat paternalistic dan sangat bergantung kepada
sumber daya asing, serta penekanan kepada pelayanan medis yang bersifat
kuratif. Paradigma baru misi medis harus beralih dari “medical” ke “health” dan
dari “paternalistic” ke “partnership” antara professional
kesehatan Kristen dari berbagai bangsa dan latar belakang kebudayaan dalam
sebuah negara, sehingga terjadi sharing ide dan sumber daya, serta kerja sama
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bersama. Tujuannya secara keseluruhan
adalah upaya promotif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tanpa
melupakan pemulihan bagi yang sakit.2,3,4
Di
beberapa daerah di Indoneisa sendiri kita ketahui ada banyak sarana kesehatan
misi yang pada awalnya menjadi tumpuan masyarakat, tapi lambat laun mulai
ditinggalkan karena pemerintah daerah sudah membangun rumah sakit yang memiliki
peralatan yang jauh lebih lengkap dan dilayani oleh dokter-dokter spesialis.
Kita harus belajar banyak dari bagaimana rumah sakit-rumah sakit misi di India,
yang sebelumnya dibangun dan dijalankan oleh misionaris Barat sejak tahun
1960-an, bias tetap eksis sampai dengan saat ini di bawah payung Emmanuel Hospital Association (EHA).
Melalui sistim jaringan 21 RS misi dan lebih dari 30 proyek pengembangan dan
kesehatan komunitas yang terletak di area yang kurang terlayani di India Utara,
EHA berhasil membawa pelayanan kesehatan kepada lebih dari 600.000 orang India
per tahun, yang mayoritasnya adalah kelompok paling miskin di masyarakat.5
Kita bersyukur Profesional Share
Indonesia sudah memulainya dengan
bekerjasama dengan Sinode GMIT mengola dan menghidupkan kembali RSIA Ume
Manekan di Soe, NTT, sejak tahun lalu.
Saat
ini kita berada dalam sebuah fase baru dimana tantangan yang dihadapi di
seluruh dunia menjadi berbeda dari sekedar keterbelakangan dan kemiskinan,
termasuk di dalamnya AIDS, perang saudara, genosida, terorisme, ranjau darat,
banjir, kekeringan, kelaparan, junga bangkitnya penyakit-penyakit lama yang
belum tertangani dengan baik seperti lepra, TBC.2
Selain
itu, professional medis Kristen juga dipanggil untuk memproklamirkan “suara kenabian” dalam isu-isu etika
medis seperti aborsi, homoseksualitas, euthanasia, gender, genetika,
malpraktek, distribusi pengobatan yang tidak merata, standar dalam riset dan
dokumentasinya, hak-hak pasien, diskriminasi jenis kelamin dan usia, seperti
para nabi di zaman Perjanjian Laman memperdengarkan suara kenabian terhadap
ketidakadilan, ketidaksamaan perlakuan, korupsi, ketidakadaan moralitas, dan
berhala, baik pada level personal maupun social. Dokter Kristen harus mampu
menunjukkan pengaruh yang menentukan dalam hal-hal yang strategis dan pada
momentum yang strategi juga, sehingga kehendak Allah yang kekal dapat
disampaikan dengan cara yang sangat nyata.2
Misi
medis akan selalu bicara tentang menggenapkan rencana Tuhan untuk kehidupan
seseorang secara holistic. Sebagai professional medis dan gereja, kita
dipanggil untuk mengerti teologi yang alkitabiah tentang misi medis yang
menekankan pada penanganan pasien secara holistic dengan mengintegrasikan
penginjilan dan pelayanan medi, bela rasa (compassion)
baik untuk pasien secara individu maupun terhadap masyarakat sebagai komunitas,
serta pada pentingnya dan bernilainya doa dalam dan untuk pemuliahn.2,3,4
Dengan
demikian siapakah misonari-misionaris medis di era dengan berbagai tantangan
baru ini ? Mereka adalah anak-anak Tuhan, laki-laki maupun wanita yang memiliki
iman yang alkitabiah dan bela rasa yang dalam untuk umat manusia, supaya mereka
mengenal kehendak Allah secara utuh. Mereka adalah orang-orang yang membagikan
iman mereka ketika sedang melayani masyarakat. Kehidupan professional dan
personal mereka tidak bercela dan mereka akan dikenal secara terbuka sebagai
orang-orang Kristen. Mereka akan bicara tentang isu-isu kontemporer dengan
didasari Firman Tuhan, mendeklarasikan penghakiman Tuhan atas orang-orang yang
menolak mandat-Nya atas kehidupan manusia, dan memproklamirkan syalom dari
Allah kepada mereka yang menderita. Mereka akan menyatakan kebenaran dalam
kasih, tanpa rasa takut, walu harus menderita. Mereka bias saja dokter, dokter
gigi, perawat, dan paramedis lainnya, dokter umum atapun dokter spesialis,
bedah atau non bedah, klinisi, dosen, peneliti, manajer, atau penulis, baik di
rumah sakit maupun di masyarakat. Adakah kita adalah salah satu diantaranya ?
Sumber
:
1. Bradbury
S. The Heartbeat of Integral Mission. Luke’s Journal 2014;Vol. 19 (2) : 4-8
2. Inchley
V. Medical Mission : What’s the future ?. Triple Helix 2003; Winter : 22 :
12-14
3. Fountain
D. New Paradigms in Christian Helatih Ministries. Crossnetwork Journal 1 (1) :
1-8; 2005
4. Elford
W. The Changing Face of Missions in the 21st Century diunduh dari : www.cmdscanada.org/my_folders/Documents/1_1_Missions_full.doc pada 30 Maret 2015.
0 komentar:
Posting Komentar