Kumpulan Karya Seni Nyentrik dan Orisinal Melalui Mahasiswa FK

Kumpulan Karya Seni Nyentrik dan Orisinal Melalui Mahasiswa FK

Kamis, 04 Mei 2017

Paradigma Baru Misi Medis

Paradigma Baru Misi Medis
Oleh : dr. Lineus Hewis, Sp.A



Artikel yang kali ini penulis publish di blog tercinta karsinomafk ini merupakan salah satu dari sekian artikel medis favorit penulis yang berasal dan tertuang dari Majalah Medis Kristen Samaritan Transforming Christian In Medicine”edisi 1 tahun 2015. Sedekit cerita majalah ini merupakan majalah yang diterbitkan oleh Pelayanan Medis Nasional Perkantas (PMdN) dan kebetulan beliau yang menulis artikel ini adalah pemimpin PMdN untuk periode sekarang. Majalah ini diterbitkan sebagai sarana informasi dan pembinaan bagi mahasiswa dan tenaga medis Kristen. Ok, sahabat karsinomafk silahkan saja langsung membaca artikel ini, dan semoga pembaca terberkati. Tuhan Yesus Memberkati !!!


Gambar di atas diabadikan saat kunjungan tim misi ke Nepal. Konon, ibu ini harus berjalan 4 jam pulang pergi mendaki dan menuruni areal pegunungan Nepal dengan menggendong bayi di punggungnya demi menghadiri sebuah acara pendalaman Alkitab. Dia dan suaminya baru menjadi orang percaya sekitar setahun yang lalu dan kenyataan bahwa mereka rela berjalan jauh dan meninggalkan masa menanam di tempat tinggal mereka, demi belajar Firman Tuhan setiap minggunya walaupun mereka buta aksara, menunjukkan adanya perubahan besar dalam hidup mereka sejak mereka bertemu dengan Kristus. Pasangan ini dan beberapa orang Kristen Nepal lainnya yang mereka temui sesungguhnya dijadikan contoh bagaimana hanya dengan memiliki hubungan yang erat dengan Yesus, orang dapat mengalami hidup dalam kelimpahan yang dijanjikan Tuhan Yesus dalam Yohanes 10 : 10,”Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”We are so happy to meet you, because of you, we are able to live normal life” adalah kutipan sambutan 3 janda di Uganda kepada team misi yang telah menolong mereka dan komunitasnya berternak kembali. Suami-suami mereka terbunuh dalam peristiwa penjarahan besar di desanya, yang juga mencuri semua sapi ternaknya, yang sesungguhnya harta mereka yang paling berharga.
Now, because of this project, we are so much happier. Our husbands have stopped beating us, and now we can now afford to send our children to scholl. There used to be only a couple of Christian families in this village, and now there are several Christian families and we have been able to build a small building to worship God in. We so much happier than we used to be !”. Ini adalah komunikasi dari hati para wanita dari sebuah desa miskin dan tertinggal di Kamboja kepada team misi yang telah bekerja keras di tengah mereka. Ketiga kutipan di atas saya temui dalam tulisan Steve Bradbury yang sangat inspiratif dalam Luke’s Journal yang membahas tentang ‘The Heart of Integral Mission’.1 Kesaksian di atas sangat relevan dengan pembahasan di beberapa tulisan lain tentang paradigma medis sekaligus tantangan misi medis ke depan, yaitu, bagaimana misi medis hadir dan membawa sebuah perubahan yang transformative dalam sebuah komunitas.
Menarik, ketika saya memasukkan kata : “misi medis Kristen di Indonesia” di mesin pencari dari 2 situs internet terkemuka, saya tidak mendapatkan satupun artikel yang relevan. Entah karena tidak ada yang menulis atau karena alas an strategis, pelayanan ini tidak diekspos secara terbuka dalam ranah public. Namun saya sepenuhnya meyakini ada banyak kontribusi misi medis dalam membawa Injil di pelosok tanah air kita. Ketika saya berpikir ini hanya terjadi di Indonesia, ternyata di luar sana literatur tentang misi medis juga sangatlah sulit ditemui. Valarie Inchley mengutip pernyataan Wilkinson menyatakan bahwa hal ini terjadi karena misi medis hadir terlambat dalam skema misi dunia sehingga tidak diikutkan dalam pertimbangan teologi dan kalupun ada, literatur misi medis kebanyakan hanya bersifat biografi.2
Misi medis memiliki sejarah yang panjang dan menganggumkan, meski awalnya dianggap hanya sebagai tambahan terhadap kegiatan misi yang sesungguhnya. Misi medis hadir di abad ke-19, di akhir dari era misi yang klasik. Selama dua abad terahkir, pelayanan misi telah menjadi yang pertama dalam membawa pelayanan medis ke banyak belahan dunia dan menjadikannya bias dinikmati oleh berbagai kelompok masyarakat. Sejak awala penekanannya adalah mengikuti teladan Tuhan Yesus dengan menyediakan pelayanan medis kepada masyarakat miskin dan tidak terlayani. Jutaan orang disembuhkan dari berbagai jenis penyakit. Belas kasihan Kristus didemonstrasikan, dan sejumlah besar orang dating ke Kerajaan Allah melalui upaya para misionaris medis. Ribuan perawat dan pekerja kesehatan lainnya dilatih dalam fasilitas-fasilitas misi medis. Program-program misi medis seringkali berlaku sebagai teladan bagi pemerintah dan pelayanan medis lainnya.2,3
Namun selama paruh kedua dari abad ke-20, banyak perubahan terjadi. Pelayanan kesehatan berkembang pesat di kebanyakan negara dan pemerintah mendanai dan memperlengkapi sarana kesehatan dengan lebih baik dibandingkan dengan kebanyakan pelayanan kesehatan milik misi medis. Pemerintah di berbagai negara juga telah mendirikan banyak fakultas kedokteran dan pusat-pusat pelatihan untuk pekerja kesehatan lainnya, dan mulai memberikana hambatan bagi pelayanan medis dan program pelatihan yang ditawarkan oleh misi. Di sisi politik, pemerintah dari beberapa negara mulai mengusir semua misionaris medis asing, memaksa perpindahan institusi medis kebawah kontrol pemerintah. Di sisi lain, meningkatnya biaya pelayanan medis juga meningkatkan kesulitan misi medis dalam menjaga pelayanan kesehatan yang berkualitas. Hal ini memberikan impresi yang kuat, terutama bagi negara-negara Amerika Utara dan Barat bahwa era dari misi medis sudah selesai.3
Benarkah demikian ? Sesungguhnya yang sudah seharusnya selesai adalah paradigm lama tentang misi medis, dimana terjadi pergerakan geografis kedokteran modern bersamaan dengan Injil dari negara-negara ‘Kristen’ di barat yang sudah maju ke negara non-Kristen di timur dan selatan yang masih terbelakang dengan program-programnya sangat bersifat paternalistic dan sangat bergantung kepada sumber daya asing, serta penekanan kepada pelayanan medis yang bersifat kuratif. Paradigma baru misi medis harus beralih dari “medical” ke “health” dan dari “paternalistic” ke “partnership” antara professional kesehatan Kristen dari berbagai bangsa dan latar belakang kebudayaan dalam sebuah negara, sehingga terjadi sharing ide dan sumber daya, serta kerja sama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bersama. Tujuannya secara keseluruhan adalah upaya promotif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tanpa melupakan pemulihan bagi yang sakit.2,3,4
Di beberapa daerah di Indoneisa sendiri kita ketahui ada banyak sarana kesehatan misi yang pada awalnya menjadi tumpuan masyarakat, tapi lambat laun mulai ditinggalkan karena pemerintah daerah sudah membangun rumah sakit yang memiliki peralatan yang jauh lebih lengkap dan dilayani oleh dokter-dokter spesialis. Kita harus belajar banyak dari bagaimana rumah sakit-rumah sakit misi di India, yang sebelumnya dibangun dan dijalankan oleh misionaris Barat sejak tahun 1960-an, bias tetap eksis sampai dengan saat ini di bawah payung Emmanuel Hospital Association (EHA). Melalui sistim jaringan 21 RS misi dan lebih dari 30 proyek pengembangan dan kesehatan komunitas yang terletak di area yang kurang terlayani di India Utara, EHA berhasil membawa pelayanan kesehatan kepada lebih dari 600.000 orang India per tahun, yang mayoritasnya adalah kelompok paling miskin di masyarakat.5 Kita bersyukur Profesional Share Indonesia  sudah memulainya dengan bekerjasama dengan Sinode GMIT mengola dan menghidupkan kembali RSIA Ume Manekan di Soe, NTT, sejak tahun lalu.
Saat ini kita berada dalam sebuah fase baru dimana tantangan yang dihadapi di seluruh dunia menjadi berbeda dari sekedar keterbelakangan dan kemiskinan, termasuk di dalamnya AIDS, perang saudara, genosida, terorisme, ranjau darat, banjir, kekeringan, kelaparan, junga bangkitnya penyakit-penyakit lama yang belum tertangani dengan baik seperti lepra, TBC.2
Selain itu, professional medis Kristen juga dipanggil untuk memproklamirkan “suara kenabian” dalam isu-isu etika medis seperti aborsi, homoseksualitas, euthanasia, gender, genetika, malpraktek, distribusi pengobatan yang tidak merata, standar dalam riset dan dokumentasinya, hak-hak pasien, diskriminasi jenis kelamin dan usia, seperti para nabi di zaman Perjanjian Laman memperdengarkan suara kenabian terhadap ketidakadilan, ketidaksamaan perlakuan, korupsi, ketidakadaan moralitas, dan berhala, baik pada level personal maupun social. Dokter Kristen harus mampu menunjukkan pengaruh yang menentukan dalam hal-hal yang strategis dan pada momentum yang strategi juga, sehingga kehendak Allah yang kekal dapat disampaikan dengan cara yang sangat nyata.2
Misi medis akan selalu bicara tentang menggenapkan rencana Tuhan untuk kehidupan seseorang secara holistic. Sebagai professional medis dan gereja, kita dipanggil untuk mengerti teologi yang alkitabiah tentang misi medis yang menekankan pada penanganan pasien secara holistic dengan mengintegrasikan penginjilan dan pelayanan medi, bela rasa (compassion) baik untuk pasien secara individu maupun terhadap masyarakat sebagai komunitas, serta pada pentingnya dan bernilainya doa dalam dan untuk pemuliahn.2,3,4
Dengan demikian siapakah misonari-misionaris medis di era dengan berbagai tantangan baru ini ? Mereka adalah anak-anak Tuhan, laki-laki maupun wanita yang memiliki iman yang alkitabiah dan bela rasa yang dalam untuk umat manusia, supaya mereka mengenal kehendak Allah secara utuh. Mereka adalah orang-orang yang membagikan iman mereka ketika sedang melayani masyarakat. Kehidupan professional dan personal mereka tidak bercela dan mereka akan dikenal secara terbuka sebagai orang-orang Kristen. Mereka akan bicara tentang isu-isu kontemporer dengan didasari Firman Tuhan, mendeklarasikan penghakiman Tuhan atas orang-orang yang menolak mandat-Nya atas kehidupan manusia, dan memproklamirkan syalom dari Allah kepada mereka yang menderita. Mereka akan menyatakan kebenaran dalam kasih, tanpa rasa takut, walu harus menderita. Mereka bias saja dokter, dokter gigi, perawat, dan paramedis lainnya, dokter umum atapun dokter spesialis, bedah atau non bedah, klinisi, dosen, peneliti, manajer, atau penulis, baik di rumah sakit maupun di masyarakat. Adakah kita adalah salah satu diantaranya ?
Sumber :
1.      Bradbury S. The Heartbeat of Integral Mission. Luke’s Journal 2014;Vol. 19 (2) : 4-8
2.      Inchley V. Medical Mission : What’s the future ?. Triple Helix 2003; Winter : 22 : 12-14
3.      Fountain D. New Paradigms in Christian Helatih Ministries. Crossnetwork Journal 1 (1) : 1-8; 2005
4.      Elford W. The Changing Face of Missions in the 21st Century diunduh dari : www.cmdscanada.org/my_folders/Documents/1_1_Missions_full.doc pada 30 Maret 2015.

5.      Emmanuel Hospital Association, diunduh dari : www.ehusa.org pada 10 April 2015.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Jam

Kalender